SURAT UNTUK GURU #1 || MENGHAPAL ITU TETAP PENTING! - Sekolah Kristen Kalam Kudus Timika

2022-08-24

SURAT UNTUK GURU #1 || MENGHAPAL ITU TETAP PENTING!

SURAT UNTUK GURU #1 || MENGHAPAL ITU TETAP PENTING!

Menghafal itu Tetap Penting!

Kita sudah berada dalam zaman IoT. Internet of Things. Zaman di mana semuanya terhubung ke internet dan sensor. Zaman di mana data apa saja dapat semakin mudah diakses dan diperoleh melalui internet. Zaman di mana apa saja bisa bergerak otomatis karena digerakkan oleh sensor dengan data yang diperoleh juga dari internet. Di zaman ini menghafal menjadi sesuatu yang sepertinya mubazir. Untuk apa menghafal, tokh semua sudah ada di internet. Mau tahu nama menteri? Tinggal googling, ketemu deh. Ngga perlu hafal nama para menteri seperti zaman dulu. Mau tahu 10 kilometer berapa mil? Tinggal googling, dapat. Ngga perlu hafal nilai-nilai konversi. Mau tahu terjemahan kata volition dalam bahasa Indonesa? Tinggal buka google translate, jadi tahu artinya. Ngga perlu hafal kosakata kayak dulu. Mau tahu kapan perang Diponegoro berlangsung tetapi ogah ngetik? Tinggal tanya langsung dengan voice command ke Siri di iphone-mu, atau ke Bing kalau kamu pake microsoft. Mau tahu apa yang tertulis di Matius 6: 33? Tinggal buka aplikasi Alkitab atau googling, ketemu. Ngga perlu hafal ayat seperti dulu lagi. Dengan segala kemudahan yang ada saat ini, rasanya menghafal itu menjadi tidak penting. Menghafal seperti tidak dibutuhkan lagi dalam proses belajar.

Tetapi apakah perubahan ini dapat diterima menjadi sebuah gaya belajar baru yang normal? Apakah sekolah-sekolah, terutama Sekolah Dasar tidak perlu lagi mendorong siswanya untuk menghafal? Apalagi dengan konteks Indonesia di mana sejak 2013 pemerintah mendorong para pendidik menjalankan pembelajaran berbasis HOTS. Guru terus dibekali dengan kemampuan untuk membawa siswa mencapai dan mengalami proses pembelajaran pada level kognitif 3 atau level teratas, atau level penalaran. Kita tahu bersama apa saja yang perlu dicapai siswa dalam level itu, yaitu menganalisa, mengevaluasi dan mengkreasi. Ini 3 tahap teratas yang dibuat oleh Anderson dan Krathwohl dalam merevisi taxonomy Bloom.

Wajar jika pemerintah mendorong untuk menjalankan HOTS karena sekian tahun memang hasil PISA menunjukkan negara kita masih memiliki nilai yang sangat rendah. Tahun 2019, Indonesia berada dalam urutan ke-8, dari bawah. Masih sangat rendah. Kemampuan literasi bahasa, matematika dan sains siswa secara umum masih sangat kurang di negara kita. Para pakar pendidik kita memandang rendahnya nilai ini disebabkan oleh kondisi pembelajaran yang umumnya masih berjalan di level LOTS, Low Order Thinking Skills. Itu level terendah dalam aspek kognitif. Secara umum, siswa kita hanya memiliki kemampuan kognitif pada level itu, level seputar menghafal. Bloom menyebutnya level knowledge, atau remembering. Anderson dan Krathwohl menyebutnya sebagai recognizing or recalling knowledged from memory. William R. Yount, pendidik Kristen yang menulis buku Called to Teach: An Introduction to the Ministry of Teaching, mengatakan level terendah ini dicapai dengan cara to identify, to recall, to recognize, to name, to state, to reproduce, to list, to quote, and to match. Bukankah ini memang kegiatan yang gampang sekali dengan aktifitas mencocokan, membuat kutipan, menyebut identitas, menyebut ciri-ciri, menyebut nama dan mengucapkannya, menghafal dan mengulang, dan sebagainya.

Saya sedang membaca bukunya Gary Newton. Heart Deep Teaching. Ia mengingatkan kita bahwa justru level terendah ini adalah yang menjadi starting point atau titik awal yang sangat penting untuk memulai perjalanan pembelajaran ke level yang lebih tinggi. Sayangnya, Newton mengatakan bahwa justru di titik inilah banyak pendidik Kristen, guru Sekolah Minggu dan pendeta, gagal melibatkan siswa atau jemaatnya di level ini. (Ini sih termasuk saya juga). Yet so many times Christian Educators, Sunday School teachers, and pastors fail to engage students in learning even at this level. Duh, sampai di bagian ini, saya ingat kondisi sekolah kita di Indonesia. Kalau dalam tahap ini juga banyak pendidik Kristen yang gagal, jangan-jangan LOTS yang dijalankan oleh sekolah kita atau sekolah-sekolah lain di Indonesia pun juga sebenarnya ngga berhasil. Tidak heran hasil PISA-nya kita itu rendah banget. Kalau LOTS kita memang berhasil, ya mungkin saja hasil PISA-nya kita mendingan. Ini hanya pemikiran saya sekilas saja. Ngga usah sampe dibawa dalam mimpi.

Newton sangat memperhatikan level terendah ini. Menurutnya titik ini adalah titik awal untuk memulai perjalanan pembelajaran yang berhasil, yaitu pembelajaran yang sampai dapat masuk ke dalam hati siswa. Titik awal yang baik dan berhasil akan menjadi sebuah awal perjalanan yang baik pula, yang akan membawa siswa mengalami petualangan yang menarik menjelajahi level-level pembelajaran di atasnya. The recognition, identification, and memoraization of basic knowledge and principles begin the journey to the heart. Establishing a good start to th journey sets the stage for an exciting adventure.

Jadi, menghafal itu tetap penting. Apalagi di jenjang pendidikan dasar. Pendidikan menengah dan tinggi pun juga seharusnya tetap memandang bahwa menghafal itu penting. Mungkin selama ini banyak siswa tidak menyukai menghafal. (Lagi-lagi, termasuk saya. Gini-gini juga saya kan pernah jadi siswa dan sekarang juga jadi siswa). Mungkin kita perlu mencari cara bagaimana membuat siswa senang menghafal. Mungkin kita perlu memikirkan cara yang lebih kreatif untuk membuat siswa suka menghafal. Saya yakin, semua rekan guru sangat kenal dengan multiple intellegences-nya Howard Gardner. Mungkin kita bisa kembali mengingat hal itu dan mulai mengajak siswa untuk mengingat sesuatu atau menghafal dengan cara mereka sendiri, yang sesuai dengan kecerdasan majemuknya yang menonjol. Yang suka nari, biarlah ia menghafal dengan tariannya. Yang suka menyanyi, biarlah ia menghafal dengan lagu. Yang suka bahasa, biarlah ia menghafal dengan kata atau narasi yang dibuatnya sendiri. Yang visualnya kuat, biarlah ia menghafal dengan membuat gambar atau sketsa, dan sebagainya. Pajanglah berbagai tulisan atau gambar informasi pengetahuan yang menarik di kelas sehingga siswamu mudah mengingatnya. Buatlah menghafal itu menjadi pengalaman yang menyenangkan di kelasmu. Tentu, setelah itu berhasil, maka perjalanan belajar selanjutnya hingga mengkreasi atau mendesain sesuatu, akan menjadi petualangan yang menarik, menantang dan menggembirakan.

Selamat mendidik! Salam dan doa dari Nola.

22 Agustus 2022- NLR

Baca Rekomendasi Terkait Lainnya

Baca Rekomendasi Kategori Lain

Sekolah Kristen Kalam Kudus Timika ©